JAMBU
AIR TANPA BIJI SEBAGAI APLIKASI TEKNOLOGI DALAM BIDANG BIOLOGI
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para
ahli telah mulai lagi mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian. Dalam bioteknologi modern orang
berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif dan efisien.
Rekayasa Genetika atau DNA Rekombinan dapat
didefinisikan sebagai pembentukan rekombinasi baru dari material yang dapat
diturunkan dengan cara penyisipan DNA dari luar kedalam suatu wahana (vektor
tertentu) sehingga memungkinkan penggabungan dan kelanjutan berkembang baru
Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan
organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat
tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang kedokteran dan farmasi paling banyak
berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu bidang lain,
seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan
perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk
mengembangkan bidang masing-masing.
Jambu air tanpa biji bisa diperoleh dengan
menyemprotkan hormon giberellin pada bunga buah. Giberellin 20-oxidase yang
diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah
kontrol promoter spesifik bagian polen). Pertumbuhan biji akan terhambat. Namun
kelemahannya buah yang di hasilkan akan kecil-kecil. Tapi sebenarnya dengan
rekayasa genetik dalam lab yang lebih rumit, DNA tanaman bisa direkayasa hingga
bisa dihasilkan buah-buahan tanpa biji.
Beberapa jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk
membentuk buah tanpa melalui proses polinasi dan fertilisasi. Buah yang
terbentuk tanpa melalui polinasi dan fertilisasi ini disebut buah partenokarpi.
Buah partenokarpi dapat dibuat dengan memotong benang sari pada
bunga yang siap mekar, sehingga dalam bunga itu hanya terdapat putik saja.
Kemudian bunga tersebut ditutup dengan kapas lalu ditetesi dengan zat tumbuh
seperti IAA atau GA. Penetesan IAA atau GA dilakukan setiap hari sampai tampak
adanya perubahan secara morfologi (Anonim, 2009).
Jambu air adalah tumbuhan dalam suku jambu-jambuan
atau Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Jambu air sebetulnya berbeda dengan jambu semarang (Syzygium Aqueum), kerabat dekatnya
yang memiliki pohon dan buah hampir serupa. Beberapa kultivarnya bahkan sukar dibedakan, sehingga kedua-duanya
kerap dinamai dengan nama umum jambu air atau jambu saja.
Jambu air tanpa biji bisa diperoleh dengan
menyemprotkan hormon giberellin pada bunga buah. Giberellin 20-oxidase yang
diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah
kontrol promoter spesifik bagian polen). Pertumbuhan biji akan terhambat. Namun
kelemahannya buah yang di hasilkan akan kecil-kecil. Tapi sebenarnya dengan
rekayasa genetik dalam lab yang lebih rumit, DNA (Deoxyribonucleaic Acid)
tanaman bisa direkayasa hingga bisa dihasilkan buah-buahan tanpa biji.
Aplikasi fitohormon sejenis auksin/giberelin dapat
menggantikan peran biji dalam merangsang pembentukan dan perkembangan buah. Penggunaan
gen pengkode auksin, giberelin atau sitokinin (iaaM, iaaH atau ipt)
dari Agrobacterium tumefaciens di bawah kontrol sequen
regulator spesifik bagian ovary telah berhasil. Gen iaaM mengkode
senyawatriptofan 2-monooxigenase yang akan meru-bah triptofan
menjadi indoleaceta-mide (IAM), lalu menjadi indole
acetic acid (IAA) dan amonia menggunakan promoter GH3 dari kedelai
atau AGL5 (Agamous-like 5) dari Arabidopsis atau PLE36
dari tembaka. GH3 merupakan promoter inducible auksin di
bagian ovary, AGL5 spesifik pada perkembangan karpela dan PLE 36
spesifik untuk ovary. Telah berhasil digunakan promoter bagian
regulator defh9(deficiens homologue 9) dari Antirrhinum
majus untuk mengekspresikan gen iaaM(pengkode IAA) dari Pseudomonas syringae pv savastanoi pada
bagian plasenta dan bakal biji. Gen kimerik defh9-iaaM ini
telah berhasil menginduksi buah.
Zat pengatur tumbuh (ZPT), seperti giberelin dan
sitokinin juga terbukti dapat menggantikan peran biji dalam perkembangan buah.
Namun, untuk efisiensi partenokarpi perlu kombinasi atau pengulangan aplikasi
ZPT tersebut. Zat pengatur tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap kandungan auksin (IAA) endogen dalam bakal buah (ovary).
Sumber : Pardal,
Jumali. Saptowo. 2001. Pembentukkan
Buah Partenokarpi melalui Rekayasa Genetika. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar